Sabtu, 25 Juni 2011

Laskar dagelan; from republik jogja with love

Hari selasa, 14 juni 2011 lalu, aku di telpon salah seorang temanku diajakin nonton sebuah pementasan lawak, yang berjudul LASKAR DAGELAN. dilihat dari judul dan pemainnya, cukup menarik. tanpa basa basi kita langsung menuju TKP, yaitu Taman Budaya Yogyakarta.ternyata disana ada acara PASAR KANGEN, nah Laskar Dagelan tadi merupakan salah satu rangkaian acaranya. sampai sana, ternyata kita kehabisan tiket, dan terpaksa beli untuk hari berikutnya,, Rabu 15 Juni 2011.
Hari berikutnya kita datang tepat waktu, jam 20.00 WIB. acaranya dimulai sekitar 20.15, molor dikit, biasa indonesia. dibuka dengan munculnya Butet Kertarajasa dengan busana jawa ala Yogyakarta mengucapkan selamat datang pada penonton. ternyata Butet tidak ikut main, ia hanya membuka dan menutup pertunjukan.
ada sejumlah nama beken lainnya di pementasan tersebut. sebut saja Djadug Ferianto. selebihnya di atas panggung, pertunjukan itu benar benar milik anak muda.memang sih ada Susilo Nugroho,Marwoto, Yu beruk yang notabene sangat senior.tapi mereka bisa membaur dengan komedian muda lainnya.












Bintang tamu pada pertunjukan itu adalah seorang Slamet Rahardjo. dan di hadapan Susilo dan kawan kawan, Slamet Rahardjo habis dikrecohi, sampai mati gaya, dan nyaris tak bisa 'berakting'.Semua itu memang ada skenarionya, tapi di sebuah lawakan jawa, spontanitasnya tak terbatas. Dan memang itulah yang diinginkan penonton: plesetan dan celetukan sembrono dan seenaknya. bayangkan saja seorang Slamet Rahardjo dikatain oleh Susilo " moso jeneng koyo jeneng bis" hahaha. Begitulah seni humor jawa, meledek apa saja. bahkan akting teman sendiri di atas panggung bisa menjadi bahan ledekan.
Barangkali bagi anda yang sudah akrab dengan dunia lawak jawa, semua lelucon yang ada di Laskar Dagelan itu tidak ada yang baru, tapi siapa sih yang ingin melihat lawakan baru? apakah lawakan baru itu? Yang suka main pukul? yang suka menghancurkan properti seperti yang lagi ngetren di tivi? TIDAK..!! penonton malam itu hanya ingin menyaksikan guyon-guyon lawas yang sudah lama tak mereka dengar, dan mereka rindukan.
Lawakan trio Gareng-Joned-Wisben malam itu adalah lawakan jadul yang sering kita saksikan di ketoprak, tapi memang itulah yang penonton tunggu.
 Babak pertama dibuka dengan sebuah pagi di jalan malioboro, seorang abdi dalem kraton dengan ontelnya, dan penjual gudeg menggelar dagangannya. Pidato presiden SBY tentang polemin keistimewaan Jogjakarta menjadi pembuka cerita.
Babak kedua lebih dahsyat, Showimah (nama seorang gadis ayu) dalam balutan gaun merah menerawang menyanyikan "lingsir wengi".yang kemudian dikocok dengan irama hip hop jawa ala Jogja Hip-Hop Foundation. ini benar benar seperti pertunjukan 'musikal'. Pujian khusus perlu kita berikan pada Kill The DJ, pentolan Jogja Hip-Hop foundation untuk musiknya yang unik, hip-hop berlirik jawa ritmis.

Laskar Dagelan pada dasarnya merupakan respon atas diusiknya status keistimewaan Jogja.Sekali lagi, walaupun labelnya "plesetan" tapi pertunjukan ini dikemas rapi, bagus dan penuh tawa. Intinya, inilah cara rakyat jogja 'marah' dan dengan 'marah' saja mereka bisa membuat ratusan orang tertawa 2 jam tanpa henti.
JOGJA MEMANG ISTIMEWA.....